Tuban, 27 Juni 2024 – Di tengah ramainya pusat perbelanjaan Mall Atrium, kontroversi muncul terkait keberadaan mesin jackpot yang ditempatkan berdampingan dengan mesin ding-dong di area wahana permainan. Mesin-mesin ini menjadi sorotan karena banyak yang menganggapnya sebagai bentuk perjudian yang terselubung di lingkungan yang seharusnya aman untuk semua usia.
Mesin jackpot yang menarik perhatian ini didesain dengan tampilan yang mencolok dan suara yang mengundang, menampilkan berbagai simbol seperti buah-buahan, angka, dan gambar-gambar yang menarik. Pemain umumnya diminta untuk memasukkan koin atau token ke dalam mesin, lalu menekan tombol untuk memutar gulungan atau mengaktifkan permainan.
Sedangkan mesin ding-dong, meskipun tidak berhubungan dengan perjudian, juga memikat pengunjung dengan efek suara dan cahaya yang atraktif. Pemain biasanya memilih jumlah koin atau token yang ingin mereka gunakan, lalu menekan tombol untuk memulai permainan yang umumnya berbasis keberuntungan.
Bagi sebagian besar pengunjung, mesin-mesin ini hanyalah bagian dari hiburan dan cara untuk menghabiskan waktu luang. Namun, bagi sebagian yang lain, keberadaan mesin-mesin ini memunculkan kekhawatiran akan efek sosialnya, terutama pada anak-anak yang masih dalam tahap pembentukan karakter mereka.
Menurut beberapa orang tua yang sering mengunjungi pusat perbelanjaan ini bersama anak-anak mereka, keberadaan mesin jackpot dan ding-dong ini dapat memberikan dampak negatif, seperti mengajarkan anak-anak tentang perjudian atau memicu perilaku yang tidak sehat terkait dengan keinginan untuk terus bermain.
Manajemen Mall Atrium berpendapat bahwa mesin-mesin ini ditempatkan di sana sebagai bagian dari hiburan tanpa maksud untuk mengajak pengunjung berjudi. “Kami selalu memastikan mesin-mesin ini tidak ditujukan untuk anak-anak di bawah usia 18 tahun. Kami juga berkomitmen untuk mengawasi pemain yang mungkin tidak mematuhi aturan yang ada,” jelas Tya, manajer pemasaran Mall Atrium.
Berdasarkan peraturan di Indonesia, perjudian dalam segala bentuknya dilarang keras, dengan pengecualian tertentu yang diatur oleh hukum. Meskipun demikian, implementasi aturan ini sering kali menjadi perdebatan dalam konteks seperti yang terlihat di Mall Atrium.
Kritikus-kritikus kebijakan keamanan di pusat perbelanjaan seperti Mall Atrium menyarankan agar pemerintah setempat lebih ketat dalam mengatur lokasi dan jenis permainan yang diizinkan di area umum, terutama yang berpotensi memberikan pengaruh negatif pada generasi muda.
Sementara keputusan akhir mengenai keberadaan mesin jackpot dan ding-dong di Mall Atrium masih menjadi perdebatan, perlu adanya keseimbangan antara hiburan dan kesadaran akan dampak sosial yang mungkin ditimbulkannya. Permasalahan ini tidak hanya tentang legalitas, tetapi juga tanggung jawab bersama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi semua pengunjung, terutama bagi anak-anak yang masih dalam tahap pembentukan karakter mereka.